Medan (Humas) Penyelenggara Katolik Kota Medan mengunjungi SMP dan SMA Katolik Mariana Medan dan berbagi kasih dengan murid-murid yang kurang beruntung secara ekonomi di sekolah tersebut, Sabtu (18/10/2025). Kunjungan yang disertai tindakan amal ini merupakan bagian dari kegiatan untuk mengisi Tahun Yubileum 2025 dalam Gereja Katolik yang bertema “Peziarah Pengharapan”.
Para peziarah disambut oleh kepala sekolah, guru dan sejumlah siswa yang membutuhkan bantuan amal kasih. Pinta Omastri Pandiangan, MSP menyerahkan bantuan seraya memberi motivasi kepada anak-anak yang berasal dari keluarga pra sejahtera tersebut. Harapannya, mereka tetap bersemangat belajar untuk meraih cita-cita sekalipun keadaan ekonomi keluarga menjadi tantangan tersendiri.
“Mungkin tak seberapa berarti sesuatu yang dapat kami berikan kepada kalian, tetapi semoga pengharapan yang ada pada diri kita, terutama yang coba kita hayati di Tahun Yubileum ini, tidak akan pernah mengecewakan”, kata Pinta. “Jangan pernah menangisi keadaanmu yang terbatas. Jangan pernah berkecil hati. Hal sekecil apa pun yang kamu miliki, kamu tetap dapat bersyukur dan berbagi,” tambahnya.
Rangkaian perjalanan peziarahan ini dimulai dari Biara Kapusin Emaus, Paroki St. Padre Pio, Medan Helvetia. Di tempat ini, para peziarah menerima Sakramen Tobat yang dilayani oleh RP. Albertus Pandiangan OFM. Cap dan RP. Anselmus Mahulae, OFM. Cap. Setelah pelaksanaan tobat, kegiatan dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi Kudus yang dipimpin oleh RP. Anselmus dan diikuti oleh penyelenggara, staf, penyuluh, pengawas, dan umat.
Seusai kunjungan di SMP dan SMA Mariana, perziarahan dilanjutkan menuju Graha Maria Annai Velangkani, Medan Tuntungan. Di tempat ini para peziarah melaksanakan ibadah devosi Rosario. Setelah itu, peziarah melanjutkan perjalanan ke Gereja Katedral Medan untuk melewati Porta Sancta (Pintu Suci). Kesempatan ini juga digunakan melayat jenazah Mgr. A.G. Pius Datubara, OFM.Cap yang disemayamkan di Gereja Katedral Medan.
Tahun Yubileum adalah tahun yang dirayakan sekali dalam 25 tahun dalam tradisi Gereja Katolik. Tahun ini diadopsi dari Tahun Yobel atau Tahun Ke-50 dalam tradisi Yahudi seperti dikisahkan dalam Kitab Imamat 25. Tahun Yobel adlaah tahun pembebasan: utang dihapuskan, tawanan dibebaskan, dan budak kembali ke rumah asalnya. Gereja Katolik mengubahnya menjadi sekali dalam 25 tahun agar lebih banyak umat merasakan Tahun Yubileum.