Bimas Katolik Kota Medan Satukan Ide dengan Komisi Pendidikan KAM Bahas Solusi Pendidikan Agama

Medan (Humas) — Bimas Katolik Kota Medan mengadakan pertemuan koordinatif dengan Komisi Pendidikan Keuskupan Agung Medan (KAM) di Catholic Center, Jalan Mataram, Medan, Senin (27/7). Pertemuan ini bertujuan menyatukan ide dan langkah nyata dalam menjawab persoalan pendidikan agama Katolik di Kota Medan, khususnya terkait kekurangan guru dan peningkatan kualitas pembelajaran.

Pertemuan ini dihadiri oleh Wakil Ketua Komisi Pendidikan KAM yang juga menjabat sebagai Wakil Provinsial CMM Indonesia, Frater Paskalis Wangga, CMM. Dari pihak Bimas Katolik, hadir Penyelenggara Bimas Katolik Kota Medan, Pinta Omastri Pandiangan, MSP, beserta dua pengawas pendidikan agama Katolik: Lidya Rayani Pinem, S.Ag. (tingkat dasar) dan Dewi Sartika Simbolon, S.Ag., M.Pd. (tingkat lanjutan).

Dalam paparannya, Pinta Omastri menyampaikan bahwa pendidikan agama secara regulatif menjadi tanggung jawab negara melalui Kementerian Agama, termasuk dalam hal pengawasan terhadap guru dan proses pembelajarannya. Ia menekankan pentingnya kerja sama antara Gereja dan Kementerian Agama untuk menangani permasalahan yang terjadi di 21 kecamatan di Kota Medan.

“Masalah klasik yang masih terus kami temui adalah adanya siswa Katolik di sekolah, tetapi tidak tersedia guru agama Katolik. Ini membutuhkan solusi bersama,” ujar Pinta.

Sebagai alternatif, Bimas Katolik mendorong pelaksanaan pendidikan agama di gereja terdekat jika sekolah belum memiliki guru agama. Selain itu, kegiatan pembinaan guru yang sempat tertunda karena keterbatasan anggaran diharapkan dapat direalisasikan melalui kolaborasi lintas lembaga.

“Kami berharap program retret guru yang dulu direncanakan saat Komdik KAM dipimpin Pastor Daniel Erwin Simanullang, OFM Cap dapat diwujudkan dalam waktu dekat,” tambahnya.

Frater Paskalis menyambut positif usulan tersebut dan menegaskan pentingnya penanganan pendidikan agama secara terpadu di tingkat paroki. Menurutnya, anak-anak Katolik bisa dikumpulkan di paroki untuk mengikuti pengajaran agama sesuai kurikulum nasional.

“Pengajaran akan disampaikan oleh pengajar yang kompeten, dan bahan ajar akan disiapkan oleh Komisi Pendidikan KAM. Koordinasi teknis akan dilakukan melalui Komdik di masing-masing paroki,” jelas Frater.

Terkait ketersediaan tenaga pengajar, Frater Paskalis mengakui bahwa sebenarnya terdapat banyak lulusan pendidikan agama Katolik. Namun, tantangan utama terletak pada kesejahteraan guru, terutama bagi mereka yang bertugas di kota besar seperti Medan.

“Masalahnya bukan pada ketersediaan guru, tetapi pada penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan hidup di kota. Hal ini perlu menjadi perhatian bersama,” tegasnya.

Dalam pertemuan tersebut juga dibahas pentingnya pendataan akurat jumlah siswa Katolik dan kebutuhan guru, serta rencana penyusunan modul ajar Katolik untuk jenjang SD, SMP, dan SMA. Modul ini akan mendukung pembelajaran agama di paroki sekaligus menjamin mutu pengajaran yang sesuai dengan nilai iman Katolik.

Sinergi antara Bimas Katolik Kota Medan dan Komisi Pendidikan KAM diharapkan mampu menghadirkan pendidikan agama Katolik yang layak, terstruktur, dan merata bagi seluruh siswa Katolik di Kota Medan.

. (MN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *