Podcast Penyuluh Agama Katolik Medan, Bahas 10 Hal Menarik Kitab Suci Katolik

Medan (Humas) Penyuluh Bimas Katolik Kota Medan kembali menggelar podcast mingguan. Pada edisi kali, diangkat tema tentang  “10 Hal Positif Kitab Suci yang Dikanonisasi oleh Magisterium Gereja.” Jumat (19/9/2025).

Para narasumber yang juga sekaligus menjadi penyuluh agama Katolik memaparkan berbagai hal terkait proses penulisan dan pengesahan Kitab Suci. Marulam sebagai narasumber pertama, menegaskan bahwa Kitab Suci adalah karya ilahi yang ditulis oleh manusia.  “Seluruh isi Kitab Suci sesungguhnya merupakan karya Allah atas manusia dan kemudian manusia menulis Kitab Suci yang  diilhami oleh Roh Kudus,” ujar Marulam. Ia menambahkan bahwa Perjanjian Lama (PL) adalah warisan iman bangsa Israel yang juga diterima oleh umat Kristen, dengan Pentateukh sebagai inti kisah iman tersebut. “Proses penulisan Kitab Suci membutuhkan waktu yang sangat lama, dan bukan singkat,” tegasnya.

Ricardo yang tampil sebagai host, menjelaskan asal-usul Kitab Suci dari tradisi lisan. “Awal mula Kitab Suci bermula dari kisah-kisah lisan. Tradisi lisan itulah yang kemudian dituliskan oleh orang-orang yang diilhami,” kata Ricardo, dia juga menyebutkan bahwa Perjanjian Baru (PB) merupakan kesaksian iman yang dialami dan disaksikan langsung oleh orang-orang yang hidup sezaman dengan Yesus.

Sementara itu, Roni memaparkan perbedaan tokoh utama dalam kedua bagian Kitab Suci. “Dalam PL, tokoh utama adalah Allah dan Bangsa Israel, sedangkan dalam PB yang menjadi tokoh utamanya adalah Yesus dan Gereja,” jelas Roni. Ia juga memperkirakan penulisan PB dimulai antara tahun 65-100 Masehi.

Diskusi berlanjut dengan penjelasan mengenai Kanon Kitab Suci, yaitu daftar resmi kitab-kitab yang diakui oleh Gereja. Ricardo menerangkan bahwa untuk menetapkan kanon tersebut, diperlukan proses dan pertimbangan matang. “Melalui Konsili Hippo ditetapkan jumlah kitab resmi Gereja,” tambahnya.

Hal menarik lainnya ditegaskan oleh Marulam bahwa yang memiliki otoritas untuk untuk mengajar dan menafsirkan Kitab Suci adalah Magisterium.  Dia menegaskan “Jika tidak, ajaran menjadi sangat subjektif.” Roni memperkuat pernyataan tersebut dengan mengutip dokumen-dokumen penting seperti Dei Verbum dan Verbum Domini. “Semuanya ini menegaskan bahwa tugas menafsirkan Kitab Suci ada di tangan Magisterium. Magisterium adalah para uskup yang diketuai oleh Paus dan kolegium,” ujarnya. Roni juga menekankan bahwa tafsiran Kitab Suci bukanlah untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk kepentingan Gereja.

Pada akhir sesi, para penyuluh menyimpulkan beberapa poin penting yaitu : Kitab Suci adalah pedoman hidup sepanjang masa.Tidak ada liturgi tanpa Kitab Suci. Doa pribadi dapat dikaitkan dengan Kitab Suci. Katekese harus menjadikan Kitab Suci sebagai topik utama, dan setiap ajaran katekis harus selalu mencantumkan dasar biblis.

Para narasumber menutup podcast dengan pesan bahwa Kitab Suci relevan dengan perjalanan iman yang terus-menerus diwariskan. “Oleh karena itu, hiduplah ajaran Kitab Suci,” tegas mereka mengakhiri Podcast pada kesempatan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *